Mengenal Teknologi Anti-lock Brake System (ABS) Pada Sepeda Motor


Mengenal Teknologi Anti-lock Brake System - Produsen sepeda motor sekarang semakin gencar menggunakan fitur teknologi pengereman Anti-lock Brake System (ABS) pada setiap produknya. Penggunaan teknologi ABS ini tidak hanya pada moge dengan kapasitas mesin yang besar tapi juga diterapkan pada motor dengan kapasitas mesin menengah atau di atas 250cc. 

Salah satu faktor yang mendorong diterapkannya system ABS ini adalah data yang dipublikasikan  dari Insurance Institute for Highway Safety (IIHS), Amerika Serikat.  Yang menyatakan, pengendara motor bermesin di atas 250 cc dan dilengkapi dengan ABS, tingkat kecelakaan fatalnya lebih rendah 28 persen dibandingkan dengan yang tidak menggunakan teknologi ABS ini.  

Untuk sistem rem pada sepeda motor berbeda dengan system rem pada mobil. Dimana cara mengoperasikan dinilai lebih rumit. Pasalnya, kalau pada mobil cukup menggunakan satu pedal untuk mengoperasikan keempat rem sedangkan untuk sepeda motor  kebanyakan  roda depan dan belakang, dioperasikan secara terpisah.

Untuk system rem bagian roda depan, umumnya menggunakan tuas yang berada di setang. Sedangkan untuk bagian belakang, dioperasikan melalui pedal oleh kaki pengendara (kecuali skutik).  Akibatnya, pada saat melakukan pengereman tenaga yang sampai ke rem depan dan belakang tidak bersamaan. Sehingga rem depan akan membutuhkan tenaga lebih kuat karena harus menanggung  beban besar.

Dengan kondisi seperti itu pula, sistem ABS pada motor tidak sama dengan mobil. Harus mempertimbangkan berbagai aspek. Misalnya kenyamanan bagi pengendara. Bahkan, masalah yang cukup memusingkan para insinyur   adalah memasang ABS pada sepeda motor supersport. Pasalnya, sepeda motor jenis ini, lebih pendek, titik gravitasi tinggi. Semua itu akan mempengaruhi pemasangan, kehandalan, stabilitas dan kenyamanan pengendara.

Sebelum menerapkan teknologi anti-lock brake system (ABS) pada sepeda motor, para insinyur mempelajari karakteristik pengendara. Ternyata, berdasarkan survei, banyak pengendara tidak bisa melakukan pengereman secara bersamaan. Padahal untuk memperoleh pengereman lebih aman dan jarak yang pendek, diperlukan keseimbangan dan  bekerja pada waktu bersamaan.

Jika pengendara melakukan  pengereman mendadak di depan – rem mengunci pula – dipastikan sepeda motor dan pengendaranya jatuh. Maklum, roda belakang masih terus berputar karena ditarik oleh mesin. Hanya pengendara yang berpengalaman atau piawai memacu sepeda motor yang bisa melakukan pengereman secara seimbang, sehingga mereka tetap lebih aman. Atau pun ketika mereka melakukan atraksi.  

Dari  faktor inilah yang menyebabkan produsen melengkapi produk sepeda motornya dengan anti-lock brake system (ABS)  model terbaru. Dasarnya sama saja dengan ABS konvensional, tetap menggunakan sirkuit rem yang diatur oleh komputer. Namun pengoperasian rem, selain digabungkan antara depan belakang, juga seakan-akan sirkuitnya juga bisa bekerja secara terpisah. Semua berkat sistem ABS kombinasi yang makin canggih.

ABS adalah pengoperasian rem dilakukan dengan mengocoknya. Namun pengocokkan dilakukan secara otomatis  oleh komputer. Terutama ketika motor melaju kencang dan rem ditekan mendadak (panic stop).
Pemakaian system teknologi anti-lock brake system (ABS) pada sepedamotor  sebenarnya sudah lama diterapkan. Sebelum abad ke-21  (sekitar awal 1990-an) Honda sudah merintisnya. Terutama untuk sepeda motor besar. Malah BMW sudah menggunakan pada 1988 dan Honda pada 1992.

Perkembangan menarik   dari  teknologi pengamanan ini  adalah ABS kombinasi. Honda menyebutnya Electronically Controlled Combined-ABS.(ECC-ABS). Sistemnya sama dengan “Brake by Wire”. Jadi saat pengendara mengoperasikan pedal atau tuas rem, bukan hidraulik rem yang langusng bekerja, tetapi perintah dalam bentuk sinyal listrik.

Selanjutnya, sinyal tersebut diteruskan ke unit tenaga (power unit) yang mendistribusikan tenaga pengereman ke roda depan dan belakang.  Pada mobil sama dengan Electronically Brakeforce Distribution (EBD).
Komputer menghitungkan distribusi tenaga untuk rem depan dan belakang berdasarkan gerakan yang diberikan pengendara. Dengan cara ini, pengontrolan terhadap ABS jadi lebih mantap, nyaman bagi pengendara dan tidak menimbulkan getaran dari roda maupun dari tuas dan pedal rem.   

Pemasangan rangkaian komponen ECC-ABS dinilai Honda juga lebih praktis dibandingkan sistem konvesional. Pasalnya, jumlah komponen lebih sedikit. Komponen rem  yang dipasang pada suspensi atau garpu depan hanya sensor. Sisa dari sistem dipasang di bagian tengah bodi sepeda motor dengan rapi. 
 
ECC-ABS memungkinkan pengendara melakukan pengereman presisi di roda belakang melalui pedal. Saat rem belakang dioperasikan dengan tenaga penuh, hanya ABS roda belakang yang bekerja. Sedangkan depan tidak. Seakan-akan terpisah. Kendati demikian, pada kondisi tertentu, tenaga pengereman distribusi sesuai laju sepeda motor untuk rem depan dan belang. Menjadikan, sepeda motor dan pengendara lebih aman.

Histats